JAKARTA, KOMPAS.com - Koes Plus, dengan tinggal satu saja personel asli, Yon Koeswoyo, menjadi bagian dari industri musik Tanah Air dengan karya baru mereka yang jauh dari cemerlang. Dibidani oleh David "Junior" (32), putra kedua Yon Koeswoyo dan Damon (36), mantan personel grup Kidnap Katrina, putra ketiga dari mendiang Tony Koeswoyo, band Dadakoe telah menyambut tongkat estafet kreativitas dari Koes Plus, band legendaris yang dimiliki negeri ini.
"Kami bersyukur memiliki orangtua yang pernah bergabung dengan Koes Plus. Nama besar yang kemudian melekat kepada kami, bagi kami adalah anugerah. Menjadi tugas kami untuk meneruskan kreativitas Koes Plus," ujar David diamini Damon, ditemui di Jakarta, Senin (13/4).
Dua tahun lalu, keinginan kuat itu akhirnya terwujud. Terlebih setelah David dan kelompoknya, Junior, mulai mengendur beraktivitas di panggung musik, lantaran kesibukan masing-masing personel. Di tengah kevakuman itulah David memilih berancang-ancang untuk mengubah citranya. Tak hanya performa, tapi juga warna vokal. "Ada dorongan yang kuat untuk mengubah imej. Saya merasa capek dengan kondisi yang ada. Dua tahun saya berusaha mengubah warna vokal saya. Memasuki tahun kedua, saya sudah mulai yakin," katanya.
Semangat itulah yang kemudian mengantarkan mereka membentuk band Dadakoe. Pada 29 Desember 2007, nama Dadakoe mulai dikibarkan. Diterangkan oleh David, Dada merupakan gabungan dua suku kata awal nama mereka, Damon dan David. "Kalau Koe, itu hanya tambahan biar pas," sambungnya.
Dadakoe digawangi oleh David sebagai vokalis dan gitaris dan Damon sebagai gitaris. Selain itu, ada Lophay (bas, 37 tahun) dan Vinky (drum, 31 tahun).
Proses kreativitas yang mereka bangun akhirnya berbuah. Sembilan lagu berhasil mereka kumpulkan, yang kemudian mereka kemas lewat album perdana berjudul Volume Satoe. Sebut saja, Dahsyatnya Kamu, Dewi Cinta, Secangkir Kopi, Pertemuan Ini, Masih Ada Waktu, Tiba-Tiba, dan Jangan Lukai Aku Lagi.
Dalam penggarapan lagu-lagu tersebut, David-lah yang banyak menulis lirik. Kebanyakan lagu diambil dari kehidupan cinta sehari-hari. "Lagu Pertemuan Ini, misalnya, saya buat ketika anak pertama saya (Freya, 4 tahun) lahir. Saya buat lantaran cukup lama saya menanti kehadirannya. Enam tahun menunggu, akhirnya dia muncul," ujar David menceritakan proses kreatifnya dalam mencipta lagu.
Dikatakan Damon, jalur indie menjadi pilihan Dadakoe untuk menancapkan bendera. Pilihan itu bukan karena tanpa pertimbangan. Katanya, jalur tersebut memberi kemerdekaan untuk berkarya. "Daripada kreativitas kami tersendat, lebih baik menempuh jalur indie. Ada semangat bergerilya. Meski begitu, kami tetap bisa berkompromi dengan pasar," jelasnya.
Damon dan David sepakat bahwa apa yang diusung Dadakoe merupakan sebuah suguhan yang segar dan baru, lepas dari apa yang pernah diusung oleh grup "keluarga" Koes Plus sebelumnya, Junior. "Yang jelas, musik dan lagunya beda," ujar David.
Semangat bergerilya yang dibangun Dadakoe, berbuah manis. Walau mereka terbilang band baru, penjualan album mereka lumayan. Dari 1.000 CD yang mereka produksi, 400 CD telah terjual. "Tahap awal kami sudah melepasnya di kawasan Indonesia Timur melalui teman-teman dan distro-distro yang ada di Manado, Surabaya, dan Papua. Hasilnya lumayan bagus. Kami berharap, di wilayah lainnya juga hasilnya akan jauh lebih baik," harap Damon. (EH)
"Kami bersyukur memiliki orangtua yang pernah bergabung dengan Koes Plus. Nama besar yang kemudian melekat kepada kami, bagi kami adalah anugerah. Menjadi tugas kami untuk meneruskan kreativitas Koes Plus," ujar David diamini Damon, ditemui di Jakarta, Senin (13/4).
Dua tahun lalu, keinginan kuat itu akhirnya terwujud. Terlebih setelah David dan kelompoknya, Junior, mulai mengendur beraktivitas di panggung musik, lantaran kesibukan masing-masing personel. Di tengah kevakuman itulah David memilih berancang-ancang untuk mengubah citranya. Tak hanya performa, tapi juga warna vokal. "Ada dorongan yang kuat untuk mengubah imej. Saya merasa capek dengan kondisi yang ada. Dua tahun saya berusaha mengubah warna vokal saya. Memasuki tahun kedua, saya sudah mulai yakin," katanya.
Semangat itulah yang kemudian mengantarkan mereka membentuk band Dadakoe. Pada 29 Desember 2007, nama Dadakoe mulai dikibarkan. Diterangkan oleh David, Dada merupakan gabungan dua suku kata awal nama mereka, Damon dan David. "Kalau Koe, itu hanya tambahan biar pas," sambungnya.
Dadakoe digawangi oleh David sebagai vokalis dan gitaris dan Damon sebagai gitaris. Selain itu, ada Lophay (bas, 37 tahun) dan Vinky (drum, 31 tahun).
Proses kreativitas yang mereka bangun akhirnya berbuah. Sembilan lagu berhasil mereka kumpulkan, yang kemudian mereka kemas lewat album perdana berjudul Volume Satoe. Sebut saja, Dahsyatnya Kamu, Dewi Cinta, Secangkir Kopi, Pertemuan Ini, Masih Ada Waktu, Tiba-Tiba, dan Jangan Lukai Aku Lagi.
Dalam penggarapan lagu-lagu tersebut, David-lah yang banyak menulis lirik. Kebanyakan lagu diambil dari kehidupan cinta sehari-hari. "Lagu Pertemuan Ini, misalnya, saya buat ketika anak pertama saya (Freya, 4 tahun) lahir. Saya buat lantaran cukup lama saya menanti kehadirannya. Enam tahun menunggu, akhirnya dia muncul," ujar David menceritakan proses kreatifnya dalam mencipta lagu.
Dikatakan Damon, jalur indie menjadi pilihan Dadakoe untuk menancapkan bendera. Pilihan itu bukan karena tanpa pertimbangan. Katanya, jalur tersebut memberi kemerdekaan untuk berkarya. "Daripada kreativitas kami tersendat, lebih baik menempuh jalur indie. Ada semangat bergerilya. Meski begitu, kami tetap bisa berkompromi dengan pasar," jelasnya.
Damon dan David sepakat bahwa apa yang diusung Dadakoe merupakan sebuah suguhan yang segar dan baru, lepas dari apa yang pernah diusung oleh grup "keluarga" Koes Plus sebelumnya, Junior. "Yang jelas, musik dan lagunya beda," ujar David.
Semangat bergerilya yang dibangun Dadakoe, berbuah manis. Walau mereka terbilang band baru, penjualan album mereka lumayan. Dari 1.000 CD yang mereka produksi, 400 CD telah terjual. "Tahap awal kami sudah melepasnya di kawasan Indonesia Timur melalui teman-teman dan distro-distro yang ada di Manado, Surabaya, dan Papua. Hasilnya lumayan bagus. Kami berharap, di wilayah lainnya juga hasilnya akan jauh lebih baik," harap Damon. (EH)
No comments:
Post a Comment